Di Antara Berjuta Cinta

Agustus 10, 2007 at 9:36 am 19 komentar

Kehidupan ini rasanya tak pernah dapat dilepaskan dari apa yang dinamakan ‘cinta’. Dengannya menjadi semarak dan indah dunia ini. Lihat saja, bagaimana seorang bapak begitu bersemangat dalam beraktivitas mencari nafkah, tak lain karena dorongan cintanya terhadap anak dan isterinya. Seorang yang lain pun begitu semangatnya menumpuk harta kekayaan, karena sebuah dorongan cinta terhadap harta benda, demikian pula mereka yang cinta kepada kedudukan, akan begitu semangat meraih cintanya.
Itu semua adalah beberapa contoh dari berjuta cinta yang ada. Meskipun kesan yang banyak dipahami orang tentang cinta, identik dengan apa yang terjadi antara seorang pemudi dan pemuda. Padahal cinta tak hanya sebatas itu saja.

Ternyata masalah cinta memang tidak sederhana. Ada cinta yang bernilai agung lagi utama, namun ada pula cinta yang haram dan tercela. Cinta sendiri kalau dilihat menurut islam, maka dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk. Kita semestinya tahu tentang model cinta tersebut untuk kemudian mampu memilih mana cinta yang mesti kita lekatkan di hati, mana pula cinta yang mesti kita tinggalkan sejauh-jauhnya.

Cinta kepada Allah
Cinta model ini adalah cinta yang paling utama. Bahkan kata ulama kita, cinta kepada Allah adalah pokok dari iman dan tauhid seorang hamba. Karena memang Allah sajalah satu-satunya dzat yang patut diberikan rasa cinta.
Segala cinta, kalau kita buat peringkat maka nyatalah bahwa cinta kepada Allah adalah puncaknya. Ia adalah yang tertinggi, paling agung dan paling bermanfaat. Begitu bermanfaat cinta kepada Allah ini, sehingga tangga-tangga menuju kepadanya pun merupakan hal-hal yang bermanfaat pula. Diantaranya berupa taubat, sabar dan zuhud. Apabila cinta diibaratkan sebuah pohon maka ia pun akan menghasilkan buah-buah yang bermanfaat seperti rasa rindu dan ridha kepada Allah.

Mengapa kita mesti cinta kepada Allah ? banyak sekali alasannnya. Diantaranya adalah karena Allah lah yang memberikan nikmat kepada kita, bahkan segala nikmat. Sedangkan hati seorang hamba tercipta untuk mencinta orang yang memberikan kebaikan kepadanya. Kalau demikian, sungguh sangat pantas apabila seorang hamba cinta kepada Allah, karena Dialah yang memberikan semua kebaikan kepada hamba.

“Dan apa-apa nikmat yang ada pada kalian , maka itu semua dari Allah”
(QS Al Baqarah : 165)

Seorang hamba di setiap pagi dan petang, siang dan malam selalu berdoa, memohon dan meminta pertolongan kepada Allah. Dari doa tersebut kemudian Allah memberikan jawaban, menghindarkan hamba dari bahaya, memenuhi kebutuhan hamba tadi. Keterikatan ini mendorong hati untuk mencinta kepada dzat tempat ia bermohon.

Setiap insan pun tak lepas dari dosa dan kesalahan, maka Allah selalu membuka pintu taubat kepada hamba tadi, bahkan Allah tetap memberikan rahmah meski hamba kadang tidak menyayangi dirinya sendiri. Kebaikan-kebaikan yang dibuat hamba, tak ada sesuatu pun yang mampu diharap untuk memberi balasan dan pahala kecuali Allah semata.

Terlebih lagi, Allah telah menciptakan hamba, dari sesuatu yang tak ada menjadi ada. Tumbuh, berkembang dengan rizki dari Allah Ta’ala. Maka ini menjadi alasan kenapa hamba semestinya cinta kepada Allah.

Cinta memang menuntut bukti. Tak hanya sekedar ucapan, seperti pepatah orang arab ‘semua orang mengaku punya hubungan cinta dengan Laila namun si Laila tak pernah mengakuinya’. Dan wujud cinta ilahi dibuktikan dengan

“Katakanlah apabila kalian cinta kepada Allah maka ikutilah aku (Rasulullah) maka Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian” (QS Ali Imran : 31)

mengikuti sunah nabi dan juga berjihad di jalan Allah Ta’ala.

Cinta karena Allah / cinta di jalan Allah
Cinta karena Allah tentu saja mengikuti cinta yang pertama. Seperti dalam kehidupan, ketika kita cinta kepada seseorang maka apa yang dicintai oleh orang yang kita cinta pun kita sukai pula. Cinta karena Allah adalah cinta kepada ‘person’ yang dicinta Allah seperti para nabi, rasul para sahabat nabi dan orang-orang shalih. Cinta karena Allah jua berujud cinta kepada perbuatan shalih seperti shalat, puasa zakat, berbakti kepada orang tua, memuliakan tetangga, berakhlaq mulia, menuntut ilmu syar’i dan segala perbuatan baik yang lain. Dengan demikian, ketika seoarng muslim mencinta seseorang atau perbuatan maka ia punya sebuah barometer “apakah hadir pada perbuatan maupun orang tadi hal yang dicinta Allah”. Bagaimana kita tahu kalau suatu perbuatan dicinta Allah? Jawabnya adalah, apabila Allah perintahkan atau diperintahkan Rasulullah berupa hal yang wajib maupun yang sunnah(mustahab).
Cinta yang disyariatkan diantaranya adalah cinta kepada saudara seiman

“Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai mencintai saudaranya sesama muslim sebagaimana mencintai dirinya sendiri” (HR Bukhari dan Muslim)

Cinta ini bermanfaat bagi pelakunya sehingga mereka layak mendapatkan perlindungan Allah di hari tiada perlindungan kecuali perlindungan Allah saja.

Cinta bersama Allah
Kecintaan ketiga ini adalah cinta yang terlarang. Cinta bersama Allah berarti mencintai sesuatu selain Allah bersama kecintaan kepada Allah. Membagi cinta, adalah model cinta yang ketiga ini. Kecintaan ini hanyalah milik orang-orang musyrik yang mencintai sesembahan-sesembahan mereka bersama cinta kepada Allah. Seperti firman Allah:
“Dan diantara manusia ada yang menjadikan selain Allah sebagai tandingan-tandingan, yang mereka mencintai tandingan tadi sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat besar cinta mereka kepada Allah ”
(QS Al Baqarah : 165)

Kecintaan ini bisa ditujukan kepada pohon, berhala, bintang, matahari, patung , malaikat, rasul dan para wali apabila kesemuanya dijadikan sesembahan selain Allah.

Terus bagaimana cinta kita kepada anak, harta, pakaian, nikah dan kepada hal yang berhubungan dunia ? Cinta yang seperti ini adalah cinta yang disebut sebagai “cinta thabi’i” cinta yang sesuai dengan tabiat artinya wajar-wajar saja. Apabila mengikuti kecintaan kepada Allah, mendorong kepada ketaatan maka ia bermuatan ibadah. Sebaliknya bila mendorong kepada kemaksiatan maka ia adalah cinta yang tercela dan terlarang.

Entry filed under: Tarbiyah Hati.

Manajemen Qalbu

19 Komentar Add your own

  • 1. nurul  |  Agustus 16, 2007 pukul 4:20 am

    DIsaat kita dapat mencintai Allah dengan sepenuh hati, maka disitulah puncak ketenangan batin, ketika tidak ada kekahwatiran terhadap sesuatu makhluk pun. yang kita khawatirkan ketika cinta Kepada Yang Maha Agung, Penggenggam Alam semesta mulai tidak Ridho terhadap kita. Moga…

    Balas
  • 2. julfan  |  September 3, 2007 pukul 5:10 pm

    Aslm, yang terpenting cinta kepada apapun hanya karena Allah

    Balas
  • 3. fun  |  November 29, 2007 pukul 9:21 am

    I was searching for this kind of a blog for months now. Actually lost the hope of finding one, but here i am 🙂 Thanks for the great articles! Looking forward for a little read after dinner 🙂

    Balas
  • 4. Mohamad Shuhmy Shuib  |  Desember 10, 2007 pukul 3:54 pm

    Cinta yang abadi dan kekal selamanya.

    Balas
  • 5. PraM  |  Januari 2, 2008 pukul 1:43 am

    Kadang manusia trllu trbuai dgn sswtu yg nampak oleh indera.
    Padahal zaT yg benaR2 pantas qT cintai itu ghaib,Allahu yaa rahmaaN yaa RahiiM,..
    Cukup ENKAU bagi qu ya Allah,…

    Balas
  • 6. perpusmfz  |  Februari 13, 2008 pukul 12:30 am

    aslm.
    boleh cintai dunia, asal tidak melebihi cinta kkita pada ALLAH

    Wallahua’lam

    Balas
  • 7. muhammad bakri  |  Juni 28, 2008 pukul 6:14 am

    mudah2n bisa jadi pelajaran berharga

    Balas
  • 8. indra  |  Juli 15, 2008 pukul 3:11 am

    Cinta karena Alloh…menjadikan kita seorang pecinta..pecinta yang sayapnya tak pernah patah..
    cinta menjadikan syahid jadi tujuan
    :]

    Balas
  • 9. ferry  |  Oktober 19, 2008 pukul 4:50 am

    assalamualaikum ya akhi/ukhti
    klo mnurut ana cinta hanyalah satu bentuk dari nalluri manusia ,yang sebenarnya naluri manusia tu ada tiga
    naluri berketuhanan,melestarikan jenis,mempertahankan diri ketika naluri yg pertama yg muncul maka yang terjadi adalah munculnya cinta kepada Allah agama dan lain sebagainya yang berbau religi
    kemudian ketika naluri melestarikan jenis yang muncul maka akan muncul kecintaan terhadap lawan jenis atau keluarga..ketika naluri mempertahankan diri yang muncul maka akan muncul kecintaan terhadap harta dan dunia,sedangakan naluri ini bisa muncul ketika ada rangsangan atau pengaruh dari luar sehingga tanpa ada pengaruh dari luar naluri tak akan muncul

    Balas
  • 10. fahra  |  Oktober 20, 2008 pukul 12:27 pm

    Assalamu Alaikum
    salam persaudaraan (ukhuwah) untuk semua saudaraku, orang-orang yang mencintai Allah melebihi dirinya sendiri, orang-orang yang hidupnya bukan tuk dirinya sendri melainkan semata-semata disandarkan semuanya kepada Pemilik Kehidupan ini…
    tidak ada kenikmatan yang diberikan kepada seorang hamba melebihi kenikmatan menatap Wajah Alloh tanpa hijab
    tidak ada ketenangan yang dirasakan seorang hamba melebihi ketenangan ketika merasa Allah berada dekat, dekat sekali dengan dirinya
    semoga kita semua tergolong orang-orang yang bersyukur atas segala nikmat Allah yang diberikan sehingga Allah berkenan menambah nikmat-Nya kepada kita berupa nikmat iman yang tertancap kuat di hati kita yang dgn nikmat itu, hati-hati kita dapat menyaksikan/merasakan sejuknya cinta Allah yang setiap harinya Allah tebar luaskan di bumi ini.

    Balas
  • 11. Dwi Dhamayanti  |  Oktober 28, 2008 pukul 1:56 pm

    Subhanallah…Cinta ada karena Allah…maka dari itu peliharalah cinta yang telah di berikan, cinta kepada Allah dan rasulullah utamanya.

    Balas
  • 12. farhat khan  |  November 26, 2009 pukul 5:33 am

    assalamu’alaykum wr wb
    Subhanallah, puncak tertinggi dari ibadah adalah karena cinta kepada Allah, smoga kita bisa meletakkan cinta kita kepada-Nya diatas cinta yang lainnya, termasuk bagaimana mraih kekayaan tapi demi meraih cinta-NYA, nice blog bro…salam kenal ya…..

    Balas
  • 13. Tendy Hermawan  |  Desember 9, 2009 pukul 3:15 am

    Subhanallah, cinta kepada Allh swt itu adalah diatas segala-galanya. Ya Allah ampuni hamba Mu jika selama ini menduakan cinta. hamba ingin istiqamah meraih cinta Mu.bukan asal bicara tapi benar-benar melakukan tindakannya.

    Balas
  • 14. paibiopai  |  Desember 10, 2009 pukul 7:14 am

    apalah hambaMu ini ya Allah, yang selalu mengemis cintaMu agar dapat berselancar di samudera RahmatMu,,

    Balas
  • 15. SUBQI  |  Januari 28, 2010 pukul 4:58 pm

    Ya Allah karuniakan hambamu kecintaan dan ketaatan kepada-Mu, sungguh hampa hidup ini tanpa cinta dari-Mu.

    Balas
  • 16. iqharokah  |  Januari 3, 2011 pukul 11:07 am

    keren tulisanya..isnpiratif, izin copas ya(copy paste)

    Balas
  • 17. aqiqah surabaya  |  Juni 15, 2011 pukul 7:51 am

    Mencintai Allah dengan sepenuh hati adalah sesuatu hal yang sulit , tapi hal itu setimpal dengan kenikmatan yang didapat oleh kita. aqiqah surabaya

    Balas
  • 18. amroun 'alaina  |  Desember 29, 2011 pukul 6:42 am

    gooood….tanks..!!!!!

    Balas
  • 19. Buku Ikhwan  |  Januari 25, 2015 pukul 1:44 pm

    Syukron tulisnya bagus akh.

    Salam kenal: http://www.tokobukuikhwan.com

    Balas

Tinggalkan komentar

Trackback this post  |  Subscribe to the comments via RSS Feed


Agustus 2007
S S R K J S M
 12345
6789101112
13141516171819
20212223242526
2728293031  

Telah Dikunjungi

  • 170.016 Pengunjung
Add to Technorati Favorites